Minggu, 28 Maret 2010

Fantasi Ngentot di Sungai

Jam 1.30 kira2 kita mulai makan siang dan di tengah acara baru tampak Wian dan dua temannya keluar dari kamar, rupanya baru bangun. Mereka langsung cuci muka dan ikut makan bareng kita. Jam 3 aku ajak Rani ke sungai untuk ngobrol dan kita duduk di batu besar dekat pohon pisang. Kita ngobrol ngelanjutin omongan tadi soal gaya pacaran Rani dengan cowocnya.
“Ran… boleh ngga’ aku nyobain cara kamu kalo mainin cowoc loe?” tanyaku.
“Tadi khan udah” jawab Rani.
“Itu Ran yang pake dijepit segala” kataku lagi.
Tanpa menjawab tangan Rani mulai bergerilya ke permukaan celana pendekku. Dielusnya perlahan dari kepala, batang sampe ke bijinya dan sesekali menyusup di antara kedua pahaku. Setelah beberapa lama meriamku mulai menegang dan Rani mulai meremas-remas gemas… dia mulai menyusupkan jemarinya lewat lobang bawah, di sela paha kananku, dan siapun mulai berjongkok hingga pantatnya terendam air, terus karena mungkin dia merasa repot maka celana pendekku berikut CDku ditariknya sekaligus. Dia mulai lagi mengurut meriamku… ach… nikmatnya, mana yang ngocokin cewec kece banget lagi… dan aku mulai berpikir, ini anak terlalu sempurna untuk sebuah kenyataan, aku harus berhasil memilikinya dan sekaligus membawanya ke tempat tidur (jelasnya ya dientot).

Sementara pikiranku melayang jauh… rasa di selangkanganku mulai mengayun seirama tingginya nafsuku dan Rani mulai menjulurkan lidahnya perlahan dia jilat bijiku dan lidahnya menari berputar di sekitar bijiku, aku pandang wajahnya… aduh cantik banget ini cewec… aku ngga’ habis2nya memuji dalam hati, dan di antara desahku aku makinmembulatkan tekadku untuk memilikinya, tapi gimana caranya? Aku elus rambutnya yang rada2 coklat (bukan pirang), dia mendongak dan tersenyum manis sekali, kini aku merasakan kocokannya makin cepat dan makin cepat seirama dengan nafsuku yang kian menggelora…
“Aduh Ran… enak sekali… ngga’ kuat rasanya nahan lama2″ kataku di antara eranganku.
“Kalo mo keluar bilang ya” pesannya.
Seiring dengan kocokannya yang makin cepat, jilatannyapun kini telah merambah sampai setengah batang meriamku dan sesekali diselingi dengan gigitan kecil… tak lama kemudian…
“Ran… aku mo keluar” teriakku tertahan, takut di dengar orang lain.
Dengan sigap Rani mencaplok kepala meriamku dan menyemburlah laharku menyirami rongga mulutnya yang mungil. Aku mengejang di atas batu besar dekat pohon pisang… dan Rani menghisap habis sisa laharku dan diakhiri dengan jilatan pada lobang penisku…
“Nikmat sekali Bang…” komentarnya setelah melahap habis spermaku yang kutumpahkan.
“Ran… kita berenang yuk” ajakku setelah kami istirahat sejenak.
Rani mulai melolosi pakaiannya dan berendam, akupun tidak mau ketinggalan dan kami sama2 berenang telanjang bulat menuju ke arah sungai yang lebih dalam, lama juga kami berenang berduaan di situ, lokasinya sekitar 20 meter dari tempat kami meletakkan pakaian, tapi posisi sungai yang menikung menyebabkan kami tidak dapat melihat pohon pisang di mana aku dan Rani meletakkan pakaian kami.
Tiba-tiba kami dikagetkan dengan munculnya Resti dari dalam air yang disusul oleh Wian… ternyata mereka menyelam dari arah batu sampe ke tempatku berenang… dan aku lihat Vina hanya dengan bikini ditutup kain Bali sebatas pinggang menyusur jalan di tepian sungai dan di belakangnya aku lihat Ratna.
“Ayo kita renang rame2″ ajakku.
Dan merekapun ikut menanggalkan pakaiannya… jadilah kita berenam berenang bugil total… pemandangan ini kalo dilihat dari atas bener2 kaya di taman Firdaus kali ya? Mana pemandangan indah, cewec dan cowoc pada bugil… pokoknya asyik punya dech saat itu. Aku menyelam mendekati dasar sungai dan melewati kaki2 mulus… dari situ aku bisa melihat body mulus milik Vina, Resti, Rani dan Ratna juga… melihat pinggul Rani aku jadi terangsang… pinggulnya cukup gede dan putih bersih… mana bulunya masih sangat jarang lagi… karena nafasku mulai habis, aku menyembul ke permukaan pas di depan Rani… saat menyembul mukaku hampir saja menyentuh dadanya yang super besar itu… Rani sedikit kaget karena aku terlalu dekat. Aku pegang pundak Rani dan mendorongnya rebah di air… Rani mulai tenggelam dengan posisi tengadah dan aku berusaha renang di atas tubuhnya, otomastis meriamku menyapu mulai paha sampai ke dada Rani… dengan sigap Rani merusaha meraih meriamku yang melintas di depan wajahnya… membuatku oleng… dan aku berenang menukik ke bawah, sesaat kemudian kami sama2 keluar kepermukaan dan posisi kami saling berhadapan, Rani masih menggenggam meriamku dengan sedikit meremasnya… tiba2 Vina berenang ke arah kami dan menerobos di antara aku dan Rani… setelah itu dia keluar kepermukaan untuk mengambil nafas lalu kembali menyelam… kali ini hanya berjongkok di depanku dan aku merasakan ada yang menggenggam meriamku kembali, belum aku sempat menoleh ke bawah, aku telah merasakan meriamku tersedot-sedot… ternyata Vina sedang menghisap meriamku dari dalam air… aduh… enak sekali rasanya… tak lama Vina muncul lagi kepermukaan dan bilang “Enak Joss?”, belum sempat aku menjawab, dia telah masuk ke air lagi dan mulai menghisap lagi… sebentar kemudian dia keluar lagi… “Ran… pinjem Jossy bentar ya” katanya permisi pada Rani. Tanpa menanti jawaban dari yang ditanya, tau2 dia telah berdiri di depanku dengan menggenggam meriamku dan dijepitkannya di antara kedua pahanya. Ternyata tidak cuman itu… dia berusaha memasukkan meriamku ke dalam liang vaginanya… dan setelah beberapa kali berusaha, akhirnya masuk juga meriamku dalam liang Vina… dan kami saling berciuman aku mulai menggoyang perlahan maju mundur.

Setelah beberapa saat Vina mengajakku untuk pindah ke tepi sungai, dekat batu yang cukup besar, di mana air hanya sampai di lutut, di situ Vina menunggingkan pantatnya dan minta aku tusuk dari belakang, dengan kaki kananku bertumpu di atas batu dan kaki kiriku terendam air, aku mulai mengarahkan meriamku ke liang kehangatan Vina yang tampang menganga merah jambu… sebelum mulai masuk, aku bilas dulu meriamku dengan air sungai yang cukup dingin…
Aku pegang pinggul Vina dan mengayun pinggulku dengan irama yang teratur… sesekali aku pindahkan tanganku untuk meremas dadanya… beberapa lama kemudian aku dengar nafas Vina mulai memburu dan makin menderu seirama dengan makin kerasnya tempo ayunanku… kemudian Vina mulai mengerang dan aku rasakan ada dua nafas yang memburu bersahutan, satu Vina tapi satunya lagi bukan aku, aku menoleh ke asal suara yang ada di belakangku, rupanya aku lihat Rani sedang menggosok-gosokkan jarinya di antara selangkangannya… dengan sedikit membungkuk dan wajah yang merintih, aku jadi makin bersemangat dan membayangkan Vina yang sedang kukerjai ini adalah Rani… beberapa detik kemudian bobollah pertahananku menyusul Vina….

Rani rupanya belum juga selesai dengan menggosok-gosoknya… dia pindah duduk dekat batu besar di mana aku baru bermain dengan Vina. “Bang… tolong donk” pintanya memelas.
Akupun sadar, tapi bagaimana aku baru keluar dan Rani masih perawan, jadi dengan membungkuk (berjongkok) aku mencium dan menjilati vagina Rani, tubuhku terendam sepinggang karena posisiku yang berjongkok dipinggiran sungai.Rani rebahan di batu besar, sedang Vina rebahan di sebelah Rani. Aku julurkan lidahku menyapu permukaan bibir vertikal Rani… aku mainkan dengan cepat pas di permukaan kacangnya… Rani mengerang hebat, makin ganas aku mainkan lidahku dengan menyelingi sedotan pada kacang Rani itu… rasa asin2 asyik.
Ranipun mengejang pada akhirnya. Aku duduk di dasar sungai sampai sebatas dada dan bersandar pada batu besar itu. Kepalaku aku sandarkan di batu di antara betis Rani yang terjuntai ke bawah, lalu Vinapun menyusul duduk di sisiku dengan merebahkan kepalanya di pundakku. Aku coba untuk memejamkan mata dan meresapi arti nikmat yang baru kudapat. Sambil menikmati sisa2 kenikmatan serta lelah, aku dengan mata masih terpejam, mulai memikirkan apa yang sebaiknya aku lakukan untuk nanti malam.
Jam 7.20 malam itu setelah selesai makan dalam kegelapan, karena kalo pas hari Nyepi di Bali khan tidak boleh nyalakan lampu, api dan segala sejenisnya. Emang sich kita makannya dari jam 6 lebih dan selesainya sekitar jam 7an jadi masih ada sinar dikit, karena sunset di Bali sekitar jam 6.30 - 6.45 WITA. Malam itu sepertinya juga gerhana bulan jadi ngga’ ada bulan nampak… gelap banget jadinya apa lagi di Ubud… di mana kalian tau sendiri seperti apa lokasinya… pokoknya gelap banget dech. Kita semua duduk2 di teras belakang menghadap ke sungai di bawah sana yang saat itu sudah tidak tampak lagi karena gelapnya. Iseng2 aku ajak mereka jalan2 menyusuri sungai sambil patroli, dari pada iseng di rumah nganggur.
“Boleh aja, tapi gua ganti celana panjang dan pake mantel dulu ya” sahut Vina.
“Iya… gua juga mo ganti pakean dulu” susul Resti.
Kita siap ke sungai sekitar jam 7.45an… kali ini kita ke arah kiri dari belakang rumah, kalo tadi siang kita ke arah kanan rumah. Kita berjalan beriringan, selain jalannya sempit kita jalannya nerobos kebun orang. Jauh juga kita berjalan dan terkadang kita berhenti, perjalanan emang tersendat karena saking gelapnya dan kita ngga’ nyalain senter atau obor. Ratna berjalan paling depan karena dia yang paling hafal jalan setapaknya, sedang aku berjalan paling belakang. Sampe dekat tebing yang cukup tinggi kita tidak dapat meneruskan perjalanan dan di sisi kanan kita sungainya cukup dalam… jadi kita berbelok ke kiri… jalannya sedikit nanjak…
“Bli… di depan ini rumahnya orang bule… cowocnya temen kita, dia guide… kita intip yuk” ajak Ratna.
“Ayuk… kamu duluan Gek…”
Pas sampe dekat rumah itu, kami lihat ada sinar dikit di ruang tengah… aku coba dekatin jendela untuk melihat lebih jelas ke dalam. Tampak ruangan kosong saja…
Wian tampak menjentikkan jarinya dan melambaikan tangan… rupanya dia udah dapat yang kita cari… dari celah korden mereka mengintip dalam ruangan yang rada gelap. Di dalam tampak pria dengan badan tegap, berkulit hitam legam dan rambut acak model Bob Marley… warna rada pirang campur belang2, butut banget pokoknya… dan cewecnya hanya kelihatan sedikit… rambutnya cepak… orangnya masih muda kelihatannya… kurus dan kakinya tampak panjang… mereka bertelanjang total… dan si pria menindih tubuh si bule cewec… karena agak susah mengintip aku pindah lokasi ke lobang angin2… dengan manjat kursi rotan aku berhasil mendapat posisi baik. Sementara mereka berlima masih bergerombol dekat jendela samping rumah… lalu aku panggil Rani… dia ikut manjat di kursi lalu aku peluk pinggangnya supaya dia tidak oleng… kita ngintip bareng…

Pria itu tampak bangun dari posisinya dan kini dia mainkan posisi 69… pada saat dia pindah posisi… aku dapat melihat sedikit wajahnya karena dia menghadap ke arahku dan sinar lilin di kamar itu cukup untuk menerangi wajah jeleknya… shit… itu khan Komang… temenku dulu yang di Kuta waktu aku ngegembel jadi cowoc pantai sama dia dan Agung… kok badannya jadi gede gitu… rambutnya dulu emang panjang tapi ngga’ gembel kaya’ Bob Marley gitu… ach… waktu telah merubahnya… demikian pikirku.
Aku diam saja dan perhatian apa yang Komang lakukan dengan pacar bulenya itu… tampak dia memulai permainan dengan jari2nya yang segede pisang… dia kutik2 selangkangan bule itu tapi sayang aku ngga’ dapat melihat detailnya karena posisinya cukup gelap terhalang paha si bule.
“Ran… itu cowocnya gua kenal…” bisikku pada Rani.
Dia tidak menjawab hanya menoleh dan tersenyum… manis sekali… lalu kembali ngintip.
Aku mulai mencium tengkuk Rani dan meraba toketnya yang super besar itu… sejenak aku mulai mendengar nafas rani agak memburu dan aku coba intip permainan di dalam kamar… ternyata Komang telah menyarangkan meriamnya yang besar dan hitam itu ke sasarannya… dia pompa dengan keras… tampak jari2 si bule itu menancap di punggung Komang… kemudian Komang bangkit dengan posisi berdiri dia gendong bule itu dan disandarkannya di dinding… persisi samping jendela tempat temen2 ngintip… perpindahan gaya itu sama sekali tidak melepas meriam Komang dari liang si bule… si bule itu menjepitkan kakinya yang jenjang ke pinggang Komang sedang dua tangan Komang masuk ke sela-sela ketiak dan menahan di pundak si bule…
Posisiku yang ngintip dari belakang rumah dapat melihat bagaimana Komang dengan rajinnya menghunjam si bule…tapi posisi Wian lebih pas… karena lebih dekat… sepertinya mereka tidak dapat melihat si cewec bule itu dengan jelas karena terhalang korden.

Aku turun dari kursi dan mulai menyingkap rok Rani…. aku elus pahanya… naik ke CDnya… dan aku sibak CDnya… aku angkat sebelah kaki Rani ke sandaran kursi itu dan memasukkan kepalaku di antara kedua paha Rani… aku mulai menjilati kacang Rani… wow rasanya enak dan gurih… bahkan lebih enak dari kacang Rahayu… (kacang khas Bali).
Jilatanku makin cepat dan kini pinggul Rani ikut bergoyang maju mundur…. tak lama kemudian kakinya mulai mengejang kaku… pahanya menjepit kepalaku… dan diapun berjongkok…. di depanku…
“Bang… keluarnya pas sama mereka selesai…” bisiknya.
“Mereka udahan?” tanyaku.
“Entahlah? Tapi aku tadi lihat temen Abang nancepin dalem2 sepertinya dia keluar udahan” sahut Rani tetap berbisik.
Aku berdiri dan mengintip ke dalam… ternyata Komang sedang duduk di pinggir ranjang dan cewec bulenya sedang menghisap bersih sisa sperma komang yang meleleh… aku merasa meriamku mulai diraba oleh Rani dan sejurus kemudian meriamku telah keluar dari sarangnya dan bersarang dalam mulut Rani… sebentar saja meriamku sudah pada posisi siaga penuh.
“Ran… gua ngga’ kuat ni… pengen keluar…”
“Bang… masukkin aja dulu ke anak2 tuh” jawabnya sambil menunjuk ke anak2 yang sedang ngegerombol di jendela.
Lalu aku turun dari kursi itu dan menghampiri Resti… aku elus pinggul dan pantat Resti yang sedang ngintip dengan posisi nungging itu. Aku elus juga pinggulnya, trus merambat ke dadanya…. dia masih diem aja, tetap konsentrasi pada target intipan. Satu dua jenak kemudian mulai ada reaksi nafas memburu… dan dia noleh sebentar lalu asyik balik lagi ngintip… ach cuek aja… lalu aku telusuri bagian depan celananya dan aku cari zippernya dan dapat… aku tarik zipper itu dan juga kaitnya sehingga dengan mudah aku dapat meloloskan celana panjang resti dan kini tinggal CDnya yang masih menghalang. Aku tarik langsung CD itu dan aku berjongkok pas di belakangnya, aku sibak sedikit gumpalan pantatnya… lalu aku jilat2 sekian jenak… daerah kemaluannya, lobang pantatnya… sementara Rani memainkan meriamku dari belakang dia terus meremas kadang diselingi dengan hisapan mautnya… lalu dia berbisik “Bang udah sikat aja”.

Aku bangkit lalu aku arahkan meriam Jagurku pada selangkangan Resti tanpa tunggu lebih lama lagi… aku kuak sedikit liangnya dan mulai aku benamkan meriam kesayanganku… setelah masuk semuanya karena emang udah basah… jadi lebih gampang dan aku mulai mengayun dengan irama lokomotif… beberapa menit aku tetap saja dengan gaya dan alunan goyang yang sama… lalu aku mulai sedikit putar…. seperti mengorek gigi…
“Hek… ach…” desah Resti… Vina menoleh ke arah kami sebentar lalu memalingkan wajahnya lagi dan kembali mengintip…
Kakiku digeser oleh Rani untuk lebih lebar dan dia menjilat bijiku dari bawah… wah nikmat sekali… setiap goyangan mendatangkan nikmat yang berbeda… terkadang Rani pindah menjilat kacang Resti… dengusan dan irama nafas Resti makin memburu dan diapun mengejang… “Sodok daleman donk…” dan akupun menuruti dengan sodokan lebih keras sehingga aku lupa kalo dia itu menghadap kaca jendela.
“BRAA…AK” suara pundak dan kepala Resti nabrak jendela tempat mereka ngintip. “Sssssttt…” semua yang di situ menyuruh aku dan Resti untuk lebih tenang, tapi waktu mereka balik mengintip, ternyata orang yang mereka intip sudah tidak ada di kamar.

Tiba-tiba muncul Komang bersama cewec bulenya dengan berbalut ala kadarnya dari arah belakang rumah. “Mau apa kalian gerombol di sini?” bentaknya, karena dia tidak dapat melihat dengan jelas hanya tampak olehnya gerombolan orang di samping rumah yang gelap… dia juga ngga’ tau kalo aku dan Resti sedang dalam keadaan acak2an. Dia datang menghampiri kami dan semua rombangan kami pada diam ketakutan, mereka nggak nyangka akan tertangkap basah saat ngintip. Begitu dekat pada kami tampak sekali bahwa Komang belum dapat menguasai keadaan, matanya masih sulit melihat wajah kami, malam itu emang gelap sekali. “Mang, ini aku Jossy…” kataku sebelum terjadi masalah lebih gawat, karena aku takut Komang main pukul aja karena dikira maling atau apa.
“Jossy… yang bener, Jossy siapa?” tanya Komang masih bingung.
“Aku baru dateng beberapa hari di sini Mang” kataku lagi.
Rupanya dia mulai ingat dan mengajak kami masuk ke rumahnya… sambil jalan aku rapikan pakaianku, demikian juga dengan yang lain… tadinya udah pada kacau semua… pakaian udah nggak pada bener.
Masuk ke ruang belakang di mana ada sedikit sinar, Komang mulai dapat melihat wajahku dengan lebih jelas. Lalu dia memelukku, kemudian kita saling mengenalkan teman2. Komang sempat nanya juga lagi ngapain aku dan temen2 malem itu, dan akhirnya aku jawab juga kalo kami sedang ngintip mereka main. Dan Komang dengan segera menawarkan main rame2 karena dia juga melihat cewec2 yang aku ajak rata2 oke punya. Pas dia ngelihat Ratna, dia kaget banget, karena dia kenal banget sama Ratna. Saat mata mereka beradu aku dapat melihat wajah Ratna yang merah padam walau dalam kegelapan dengan bantuan sedikit sinar tampak sekali bahwa dia sangat malu.

Kami masuk ke dalam kamar yang sama dengan yang kami intip tadi, lalu dengan selimut kami tutupi semua lobang di mana tadi kami bisa ngintip, takut ada yang ngintip kita dan jadi makin repot.
Ratna dan rani duduk bersandar di dinding, sementara Wian dan Vina di sebelahnya sambil berpelukan, si bule duduk di pinggir ranjang den telah membuka pakaiannya. “Mang… pacuan lagi yuk kaya’ dulu” ajakku.
“Ayo Joss”
Lalu kami sama2 menerangkan pada pasangan masing2 untuk ambil posisi, sebenarnya gayanya adalah doggy style tapi bersebelahan dan permainan ini ada unsur fightnya, cowocnya harus bisa tahan lama dan dapat bikin cewecnya orgasme beberapa kali dan pada posisi cewecnya adalah dengan segala cara mereka harus bisa menumbangkan cowocnya sesegera mungkin, jadi nanti akan keluar pemenang cewec dan pemenang cowoc, lalu pemenang cewec boleh main dengan pemenang cowoc dan yang kalah harus ngaso. Keuntungannya adalah pemenang dapat merasakan pasangan lawannya.
Setelah Resti dan si bule ambil posisi merangkak di atas kasur… aku dan Komang bersiap dari arah belakang. Mula2 aku ukul2kan meriamku ke pantat Resti dan setelah agak bangun dengan bantuan tanganku aku gesek2kan ke bibir vaginanya… pas aku sudah siap, aku nengok ke Komang “Udah siap Mang?” tanyaku.
“Ayo udah siap…”
Secara bersamaan kita memasukkan meriam masing2 ke arena pertempuran dan sama2 mulai menggoyang dengan jurus2 andalan masing2. Aku berpengangan pada pantat Resti dan tiba2 aku merasakan putaran pantatnya yang nikmat sekali, untuk mengimbanginya aku harus memainkan jurus putar… emang lebih sulit main jurus putar pada doggy style… rupanya serangan Resti makin gila… wah kaya’nya Resti pengen menang pertandingan dan pengen nyobain barangnya komang… yang dia intip tadi dan kelihatan gede banget. Sementara aku lihat Komang dengan memegang dada si bule itu dan mengayun dengan irama keras. Si bule juga ngga’ mau kalah dia ikut maju mundurin pinggulnya… tangan Komang yang kiri diletakkan di atas punggul si bule dan tangan kanannya masih meremas dada si bule, dari posisiku aku dapat melihat dadanya lumayan besar dan kencang…. wah… aku mesti menang untuk bisa ngerasain main ama nih bule.
Aku putar lebih keras dan aku coba untuk membungkuk… lalu aku cium pundak Resti perlahan… diapun mendesah lalu aku tekan lebih kuat lagi hingga posisinya kini nyaris tidur tengkurap, hanya saja pantatnya masih nungging sehingga tidak menyulitkan aku untuk menusuknya, kedua tanganku aku susupkan untuk meremas dadanya… acchh…aarrgh… Resti mulai mengerang… pertanda seranganku mengena… aku teruskan dengan jurus yang sama tapi makin kupergencar serangan di dadanya serta ciuman di pundak dan belakang telinganya. Tak lama kemudian Resti tampak mengejang… belum habis erangan Resti tiba2 disusul oleh erangan si bule itu… rupanya 1 sama scoreku dengan Komang. Lalu aku tarik pinggul Resti untuk lebih ngungging dan kepalanya masih tetap rata dengan kasur, berpegangan pinggulnya aku mulai serangan maju mundur dengan keras dan cepat… sesekali aku selingi dengan menancapkan meriam kesayanganku dalam2 dan memutarnya di dalam… orgasme Resti yang kedua telah menyusul. Sementara aku lihat si bule mencontoh gaya Resti tapi tangan kanannya digunakan untuk menggapai dan mempermainkan biji Komang… diselingi oleh erangan manja penuh nikmat dan gayanya seakan benar2 menikmati permainnya yang tiada duanya. Wajahnya menoleh ke Resti dan Komang makin nafsu menyerangnya. Gaya si bule ini emang sangat merangsang pada saat dia mengalalmi orgasme… erangannya panjang sekali… juga Komang seakan tidak ingin menghentikan serangannya dan ingin bikin rekor orgasme terpanjang kali. Score saat ini 2 sama… tapi Komang ingi bikin sensasi atau orgasme beruntun aku nggak jelas… tapi ngelihat gayanya yang masih konstan menyarangkan meriamnya ke liang si bule ini… sambil matanya terpejam… tiba2 diapun ikut mengejang dan ditancapkannya dalam2… didorongnya kuat sampe si bule terjatuh rata dengan kasur.

Saat melihat Komang roboh aku langsung sadar bahwa sebentar lagi aku dapat menikmati cewecnya. Tapi tugasku pada Resti aku selesaikan dulu… dan karena pertandingan sudah usai, maka kami boleh ganti gaya lain selain doggy style, kali ini aku minta Resti untuk tidur miring dengan kaki rada silang aku tidak perlu mencabut meriamku dan gaya ini masih mirip dengan doggy style tapi aku merasakan jepitan Resti makin rapet. Aku serang terus dengan putaran2 maut… aku ingin segera memberikan gol yang indah buat Resti beristirahat. Aku lihjat Resti menggelepar penuh nikmat saat aku sendiri sebetulnya sudah hampir tidak kuat, kalo tidak sedang pertandingan kali udah aku lakukan bongkar muat ini… tapi karena ingin ngerasain barangnya bule… maka aku hentikan serangan yang penting Resti puas dan aku masih belum keluar. Aku tancapkan dalam2 supaya Resti dapat menikmati ganjalan meriamku di dalamnya.

Sambil menanti turunnya temperatur nafsuku yang hampir puncaknya… aku elus dan ciumin Resti ini bagian dari cooling down untuk Resti dan diapun tersenyum manis sekali… aku telah menghadiahkan nikmat malam ini. Lalu aku cabut meriamku dan disambut oleh si bule… yang kutahu namanya setelah permainan dengannya usai. Jadi tadi saat kenalan aku nggak jelas namanya siapa… karena Komang menyebutnya perlahan… lagian saat itu aku kurang konsen. Namanya Joan… lengkapnya sebodo… EGP.
Joan langsung memegang meriamku yang masih tegang dan mulai menjilatnya perlahan dari ujung dan lidahnya berputar di kepala jamurku.Lalu aku pindah posisi saat Komang berdiri dan keluar kamar. Aku tiduran di samping Resti dan Resti rebah di dadaku… sedang Joan kembali menjilati meriamku, dia menjilat dari biji… terus naik ke mushroom, lalu berputar di mushroom baru kemudian dikulumnya. Jangkauan mulutnya cukup baik aku rasakan karena selama ini aku baru lihat orang dapat memasukkan meriamku sampai setengah bagian pas… biasanya masih kurang dari itu… perlahan dia masukkan lebih dalam lagi dan kali ini dia melepas tangannya…. dengan kepalanya mengangguk-angguk… meriamku keluar masuk mulutnya yang memiliki bibir mungil. Saat dia mengangguk-angguk… aku lihat dadanya berayun-ayun indah sekali… ingin rasanya menggapainya tapi tangganku nggak sampai karena Joan berada di atas kakiku. Dia lepas kulumannya dan kembali menjilati dari biji sampe ke mushroomku… kembali naik dan turun… jari2nya tidak menggenggam meriamku tapi hanya sedikit menahannya… sesekali diselinginya dengan menjilat berputar perlahan di seputaran bijiku… rasanya nikmat sekali… karena bosan diam saja… aku pindah posisi untuk main segitiga dengan Resti dan Joan… jadi Joan masih menghisap meriamku, Resti menjilati dan kadang menusukkan jarinya ke liang Joan dan aku memainkan liang Resti… karena ranjang itu tidak terlalu besar jadi rada sempit juga. Setelah puas dengan permainan ini lalu Joan bangkit dan mulai menunggangiku… sedang Resti tetap pada posisinya… permainan baru saja mulai ketika secara mendadak Vina ikut bergabung dan menyodorkan dadanya untuk kujilati… sebenta kemudian pakaiannya sudah lolos semua dan diapun bugil. Vina lalu menaikiku dan menyodorkan liangnya untuk kujilati… rada susah juga aku dengan posisi ini hampir sulit bernafas. Sementara meriamku bekerja untuk Joan, jari kiriku untuk Resti dan lidahku asyik menari dibelahan bibir kenikmatan Vina. Yang masih nganggur hanya jari kananku saat itu… dan aku gunakan untuk meremas dada Vina…
Saat rangsangan yang aku rasakan di meriamku makin keras, usahaku terhadap Resti maupun Vina juga makin gencar… Joan melenguh keras sambil menancapkan dalam2 dan masih memutarnya perlahan dengan penuh tekanan…. tangannya berpegangan pada pundak Vina… aku pilin puting Vina dan aku sedot kuat2 biji kacangnya…. Vinapun melenguh nggak lama kemudian… Resti masih belum sempat aku selesaikan saat wian meminta bagian untuk menuntaskan Resti.

Komang yang masuk kamar denagn membawa minuman keras import di genggaman tangannya… dan dengan langkah sedikit terhuyung dia menghampiri Vina dan mulai merabai Vina. Akupun bangkin untuk memberikan tempat buat Komang dan yang lain… sedang aku pindah tiduran di lantai di atas pangkuan Ratna. Rani mengelus lembut rambutku dan menciumiku. “Bang istirahat dulu nanti kecapaian” katanya. Dan akupun mencoba memejamkan mataku.

1 komentar: